Thursday, 25 December 2014

Hekat Manusia

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Alloh yang paling sempurna, karena manusia dibekali dengan berbagai kelebihan dibanding dengan makhluk lain, yaitu nafsu (sifat dasar iblis), taat/patuh/tunduk (sifat dasar malaikat) dan akal (sifat keistimewaan manusia). Ketiga hal tersebut membuat manusia memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan-Nya, jika manusia dapat mengatur ketiganya dan dapat memposisikan diri sebagaimana yang dititahkan oleh sang Robb.
Dalam Al qur’an surat Az-Zariyat (51) ayat 56, Alloh swt telah berfiman yang artinya kurang lebih demikian; “Aku (Alloh swt) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. Dari tafsir tersebut terlihat jelas bahwa jin dan manusia diciptakan untuk beribadah kepada Alloh swt. Namun, banyak dari golongan manusia yang tidak dapat melakukan sebagaimana yang diharapkan oleh sang pencipta (Alloh SWT), malah manusia berbuat sebaliknya dan mengingkari apa yang telah dikaruniakan. Itu karena manusia belum memahami betul hakikat dirinya diciptakan dan diturunkan dibumi dilihat dari segi agama islam.
Dengan adanya akal, membuat manusia selalu ingin tahu tentang apapun. Untuk memenuhi rasa ingin tahu itu manusia menggunakan jalur pendidikan. Melalui pendidikan manusia memperoleh berbagai ilmu baru dan dapat mengembangkan ilmu tersebut.

Pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.
Ketika berbicara pendidikan maka kita akan berbicara mengenai definisi pendidikan. Pendidikan merupakan aktifitas rasional yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya. Manusia belajar dengan otaknya melalu rangkaian kegiatan menuju pendewasaan untuk mencapai kehidupan yang lebih berarti. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu.

B.            Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pandangan Manusia menurut Manusia ?
2.      Bagaimana Pandangan Manusia Menutut Tuhan ?
3.      Apa Inti dari Manusia?

C.           Tujuan Penulisan
1.      Membahas Pandangan Manusia menurut Manusia
2.      Membahas Pandangan Manusia Menutut Tuhan
3.      Membahas Inti dari Manusia

D.           Metode Penulisan
Metode dalam penulisan karangan Ilmiah ini adalah metode deskriftif kualitatif, dimana permasalahan bersifat apa adanya atau aktual dengan di iringi interprestasi rasional yang mampu dipertanggung jawabkan. Adapun sumber informasi diperoleh melalui studi kepustaka.








BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pandangan Manusia Menurut Manusia
1.             Socrates
Socrates (470-399 SM), orang Athena mengungkapkan pemikirannya tentang manusia dihadapan murid-muridnya. Tafsir (2010:8) mencatat sebagian pendapat Socrates tentang manusia. Dikatakan antara lain bahwa pada diri manusia terpendam jawaban mengenai berbagai persoalan dunia. Menurut Socrates, manusia itu bertanya tentang dunia dan masing-masing mempunyai jawaban tentang dunia. Tetapi, demikian Socrates seringkali manusia itu tidak menyadari bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan yang dipertanyakan. Karena itu perlu ada orang lain yang membantu orang itu mengemukakan jawaban-jawaban yang masih terpendam tersebut. Perlu ada seseorang membantu orang itu melahirkan ide yang ada dalam manusia tersebut. Berdasarkan pendapatnya itu, Socrates sering berjalan-jalan ditengah kota, dipasar, untuk berbicara dengan setiap orang yang dijumpainya untuk menggali jawaban-jawaban yang ada didalam diri orang itu dengan menggunakan metode tanya jawab yang kelaknya disebut metode Socrates (Socrates method). Socrates mengatakan adalah kewajiban setiap orang untuk mengetahui dirinya sendiri lebih dahulu jika ia ingin mengetahui hal-hal diluar dirinya. Menururt Socrates, salah satu hakekat (essence) manusia adalah ia ingin tahu dan untuk itu harus ada orang yang harus membantunya yang bertindak sebagai bidan yang membantu bayi lahir dari rahimnya.
2.             Plato

Ia memandang manusia terdiri dari jiwa dan tubuh. Dua elemen manusia ini memiliki esensi dan karakteristik yang berbeda. Jiwa adalah zat sejati yang berasal dari dunia sejati, dunia idea. Jiwa tertanam dalam tubuh manusia. sementara tubuh manusia adalah zat semu yang akan hilang lenyap bersamaan dengan kematian manusia. sedangkan ide tetap abadi. Sesuatu yang abadi terperangkap di dalam sesuatu yang fana, itulah nasib jiwa. Tubuh adalah penjara bagi jiwa. Sebagai zat yang berasal dari dunia idea, jiwa selalu ingin kembali ke dunia sejati itu. Manusia yang bagian sejatinya adalah jiwa yang terperangkap dalam tubuh, selalu merasa tidak bebas selama tubuhnya mengungkung jiwanya. Untuk membebaskan jiwa dari dunia fana dan kembali ke dunia idea, manusia harus memenuhi dirinya dengan hal-hal yang menjadi sifat utama dari jiwa. Sifat utama itu adalah rasionalitas, keutamaan moral dan kabajikan selama hidup di dunia ini. (Tafsir,2010: 9)
3.             Aristoteles
Aristoteles (384-322 sebelum masehi), seorang ahli fikir yunani menyatakan dalam ajaranya, bahwa manusia adalah ZOON POLITICON, artinya pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dengan berkumpul dengan manusia, jadi makhluk yang bermasyarakat . dari sifat suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia dikenal sebagai makhluk sosial. Aristoteles mendefinisikan manusia. Aristoteles, seorang filosof Yunani, terkenal dengan gagasannya tentang manusia sebagai makhluk sosial; makhluk yang hidup bersama manusia yang lain; makhluk yang ada dan berelasi dengan manusia lain. Bahwa manusia itu makhluk sosial tidak hanya bermaksud menegaskan ide tentang kewajiban manusia untuk bersosialisasi dengan sesamanya, melainkan ide tentang makhluk sosial terutama bermaksud menunjuk langsung pada kesempurnaan identitas dan jati diri manusia. Mengapa demikian? Sosialitas adalah kodrat manusia. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Manusia memerlukan manusia lain. Secara kodrati, manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan untuk hidup dalam kebersamaan dengan yang lain untuk belajar hidup sebagai manusia. Manusia adalah makhluk yang mencari kesempurnaan dirinya dalam tata hidup bersama. Manusia lahir, tumbuh dan menjadi insan dewasa karena dan bersama manusia lain. Maka definisi manusia sebagai makhluk sosial secara langsung bermaksud menegaskan bahwa hanya dalam lingkup tata hidup bersama kesempurnaan manusia akan menemukan kepenuhannya. Hidup dan perkembangan manusia, bahkan apa yang disebut dengan makna dan nilai kehidupan manusia hanya mungkin terjadi dalam konteks kebersamaan dengan manusia lain. Makna dan nilai hidup akan tertuang secara nyata apabila manusia mengamini dan mengakui eksistensi sesamanya. Juga pemekaran sebuah kepribadian akan mencapai kepenuhannya jika manusia mampu menerima kehadiran sesamanya. (http://wwwyaindra.blogspot.com/2012/03/definisi-manusiamenurut-aristoteles.html)
4.             Imam Al-Ghazali
Di dalam buku filsafatnya, al ghazali menyatakan bahwa manusia mempunyai identitas esensial yang tetap, tidak berubah-ubah, yaitu al nafs (jiwanya). Yang dimaksud dengan al nafs adalah substansi yang beridiri sendiri, tidak bertempat dan merupakan “tempat pengetahuan-pengetahuan intelektual (al ma’qulat) berasal dari ‘ alam al malakut atau alam al amr. (Al ghazali Ma’arij Al quds). Hal. 51. 
Dari pembhasan oleh para ahli maka dapat disimpilkan bahwa Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya dimuka bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani. Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan secara rohani manusia dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang dianutnya. Kehidupan manusia sendiri sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan selaras dan seimbang. Selain itu manusia juga diciptakan dengan sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki. 

B.            Pandangan Manusia Menurut Tuhan
Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Quran surat Al-Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu dicipta Tuhan dari segumpal darah, QS.Al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah, QS. Al-Rahman ayat 13 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah yang menciptakan manusia. Masih banyak sekali ayat al-Quran yang menjelaskan bahwa yang menjadikan manusia adalah Tuhan. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah.
Pengetahuan kita tentang asal kejadian manusia ini amat penting artinya dalam merumuskan tujuan pendidikan bagi manusia. Asal kejadian ini justru hasrus dijadikan pangkal tolak dalam menetapkan pandangan hidup bagi orang Islam. Pandangan tentang kemakhlukan manusia cukup menggambarkan hakikat manusia. Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, jadi inilah salah satu hakikat wujud manusia.
Hakikat wujudnya yang lain ialah bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Salah satu sabda Rasulullah SAW mengatakan : “Tiap orang dilahirkan membawa fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”
Menurut hadits ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan, kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut di dalam hadits itu ialah potensi. Jadi fitrah yang di maksud di sini ialah pembawaan.
Manusia adalah makhluk yang berkembang karena dipengaruhi pembawaan dan lingkungan, adalah salah satu hakikat wujud manusia. Dalam perkembangannya,manusia itu cenderung beragama, inilah hakikat wujud yang lain. Manusia mempunyai banyak kecenderungan, ini disebabkan oleh banyaknya potensi yang dibawanya. Dalam garis besarnya, kecenderungan itu dapat dibagi dua, yaitu kecenderungan menjadi orang yang yang baik dan kecenderungan menjadi orang yang jahat. Kecenderungan beragama termasuk ke dalam kecenderungan menjadi baik.
Al-Quran menjelaskan bahwa manusia itu mempunyai aspek jasmani, sebagaimana tercantum dalam QS.Al-Qashash : 77 “Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu dan kamu tidak boleh melupakan urusan dunia.” Yang dimaksud dengan “dunia” dalam ayat ini ialah hal-hal yang diperlukan oleh jasmani. Al-Syaibani juga mengutip tiga buah hadits dari nabi Muhammad SAW yang menerangkan pentingnya menjaga jasmani. Uraian di atas menunjukkan bahwa manusia dalam pandangan Islam mempunyai aspek jasmani. (Tafsir, 2010:14).

C.           Inti Manusia
Pengkajian tentang manusia dipandang dari berbagai aspek. Dari segi fisik disebut antropologi fisik. Dari sudut pandang budaya disebut antropologi budaya, sedangkan yang memandang manusia dari segi hakikatnya yaitu antropologi filsafat. Dari pandangan filsafat inilah yang menyebabkan pengkajian tentang hakikat manusia itu tidak pernah berakhir. Sehingga ada 4 aliran yang berbicara apa itu manusia. Aliran tersebut yaitu aliran serba zat yang mengatakan bahwa yang sungguh-sugguh ada itu adalah zat dan materi. Kedua, aliran serba ruh yang mengatakan bahwa segala sesuatu hakikatnya adalah ruh, begitupun manusia. Sementara zat hanyalah manfestasi dari ruh.
Ketiga, aliran dualisme yang merupakan gabungan dari zat dan ruh yang mengatakan bahwa manusia itu terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani, badan dan ruh. Keempat, aliran eeksistensialisme yang memandang manusia buakan dari zat dan ruh akan tetapi dari segi eksistensi manusia itu sendiri, yaitu cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.
Berdasarkan kenyataan bahwa manusia itu mempunyai jasmani dan roh, jiwa atau rohani. Maka ada empat macam pandangan tentang hal tersebut yaitu:
1.      Pandangan idealistis tentang badan manusia
2.      Pandangan materialistis tentang badan manusia
3.      Pandangan bahwa badan adalah musuh dari roh
4.      Pandangan bahwa badan manusia adalah jasmani yang di rohanikan ataupun sebaliknya.
Pengetahuan tentang hakikat manusia ini merupakan bagian yang sangat penting. Dengan demikian kita dapat mengetahui hakikat manusia, kedudukan dan fungsinya di alam semesta ini. karena manusia dalam pendidikan bukan saja sebagai objek namun juga sebagai subjek. Sehingga pendekatan yang dilakukan dan aspek yang dilaksanakan dapat direncanakan secara matang.
Sastraprateja mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang historis. Hakikat manusia sendiri adalah sejarah yang hanya dapat dilihat dalam perjalanan sejarah bangsa manusia. Pengamatan terhadap pengalaman manusia merupakan rangkaian Antropological Constant yaitu dorongan-dorongan dan orientasi yang tetap dimiliki manusia. Ada enam Antropological Constant yang dapat ditarik dari pengalaman sejarah umat manusia yaitu:
a.         Relasi manusia dengan kejasmanian, alam dan lingkungan ekologis
b.      Ketertiban dengan sesama
c.       Keterikatan dengan struktur sosial dan institusional
d.      Ketergantungan masyarakat dan kebudayaan pada waktu dan tempat
e.       Hubungan timbal balik antara teori dan praktek
f.       Kesadaran religius dan pemeluk agama
Salah satu pemikir di abad modern yang mangkaji tentang hakikat manusia yaitu Alaxis Carrel yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang misterius, karena derajat perpisahan manusia dari dirinya berbanding terbalik dengan perhatiannya yang demikian tinggi terhadap dunia yang ada diluar dirinya.
Ibn Arabi melukiskan hakikat manusia bahwa tidak ada makhluk Allah yang lebih bagus dari pada manusia. Allah SWT membuatnya hidup, mengetahui, berkuasa, berkehendak, berbicara, mendengar, melihat dan memutuskan, yang merupakan sifat rabbaniyah.
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme (kepercayaan atas ke-Esaan Tuhan), yang mencari unsur pokok yang menentukan yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan spritualisme (keagamaan), atau dualism (konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi) yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling meniadakan yaitu unsure materi dan rohani, yakni pandangan pluralism (bermacam-macam paham) yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam makro kosmos (Hukum-hukum yang terlaksana di alam semesta) atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, atau mono pluralism yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya. Secara pribadi, manusia tidak pernah bisa menciptakan dirinya , akan tetapi bukan berarti bahwa ia tidak dapat menentukan jalan hidup setelah ia dilahirkan dan eksistensinya (menganggap kebenaaran itu bersifat relatif) dalam kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan memberikan peran serta atas jawaban mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam kehidupan yang ia hadapi. (Tafsir. 2010:24)




























BAB III
KOMENTAR

Dari pembahasan makalah ini maka penulis dapat memberikan interprestasi pemikiran tentang pendapat dari para tokoh yang berpendapat tentang manusia.  Tentang pendapat Socrates tentang manusia dikatakan antara lain bahwa “Pada diri manusia terpendam jawaban mengenai berbagai persoalan dunia. Menurut Socrates, manusia itu bertanya tentang dunia dan masing-masing mempunyai jawaban tentang dunia. Tetapi, demikian Socrates seringkali manusia itu tidak menyadari bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan yang dipertanyakan. Karena itu perlu ada orang lain yang membantu orang itu mengemukakan jawaban-jawaban yang masih terpendam tersebut. Perlu ada seseorang membantu orang itu melahirkan ide yang ada dalam manusia tersebut.” Hemat penulis bahwa dengan adanya akal, membuat manusia selalu ingin tahu tentang apapun. Untuk memenuhi rasa ingin tahu itu manusia menggunakan jalur pendidikan. Melalui pendidikan manusia memperoleh berbagai ilmu baru dan dapat mengembangkan ilmu tersebut.
Plato berpendapat bahwa “Manusia terdiri dari jiwa dan tubuh.” Dua elemen manusia ini memiliki esensi dan karakteristik yang berbeda. Jiwa adalah zat sejati yang berasal dari dunia sejati, dunia idea. Jiwa tertanam dalam tubuh manusia. sementara tubuh manusia adalah zat semu yang akan hilang lenyap bersamaan dengan kematian manusia. sedangkan ide tetap abadi. Sesuatu yang abadi terperangkap di dalam sesuatu yang fana, itulah nasib jiwa. Tubuh adalah penjara bagi jiwa. Sebagai zat yang berasal dari dunia idea, jiwa selalu ingin kembali ke dunia sejati itu. Manusia yang bagian sejatinya adalah jiwa yang terperangkap dalam tubuh, selalu merasa tidak bebas selama tubuhnya mengungkung jiwanya. Untuk membebaskan jiwa dari dunia fana dan kembali ke dunia idea, manusia harus memenuhi dirinya dengan hal-hal yang menjadi sifat utama dari jiwa. Sifat utama itu adalah rasionalitas, keutamaan moral dan kabajikan selama hidup di dunia ini.

Al-ghazali berpendapat “Manusia mempunyai identitas esensial yang tetap, tidak berubah-ubah, yaitu al nafs (jiwanya).”  Dalam hal ini Al-ghazali lebih kepada inti dari manusia itu sendiri yaitu tentang keberadaan manusia. jadi, asal manusia dari suatu yang ada dan tak bergantung dari yang lain. Hakikat manusia ialah dari ruh yang ditiupkan oleh Tuhan. Artinya manusia tersusun dari zat yang ada dengan diberikannya ruh oleh Tuhan sehingga menyebabkan manusia dapat hidup. Manusia mempunyai fisik yaitu jasadnya. Selain jasad manusia juga mempunyai ruh atau yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera yakni berhubungan dengan jiwa mencakup ingatan, gagasan, imajinasi, kemauan, perasaan dan penghayatan.
Tuhan memberikan gambaran terhadap pendapt tentang manusia dalam kitabnya yang diwahyukan kepada setiap utusannya. Yang pada intinya adalah Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya dimuka bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani. Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan secara rohani manusia dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang dianutnya. Kehidupan manusia sendiri sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan selaras dan seimbang. Selain itu manusia juga diciptakan dengan sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki.
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme (kepercayaan atas ke-Esaan Tuhan), yang mencari unsur pokok yang menentukan yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan spritualisme (keagamaan), atau dualism (konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi) yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling meniadakan yaitu unsure materi dan rohani, yakni pandangan pluralism (bermacam-macam paham) yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam makro kosmos (Hukum-hukum yang terlaksana di alam semesta) atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, atau mono pluralism yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya. Secara pribadi, manusia tidak pernah bisa menciptakan dirinya , akan tetapi bukan berarti bahwa ia tidak dapat menentukan jalan hidup setelah ia dilahirkan dan eksistensinya (menganggap kebenaaran itu bersifat relatif) dalam kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan memberikan peran serta atas jawaban mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam kehidupan yang ia hadapi.

























BAB IV
PENUTUP

A.           Simpulan
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya dimuka bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani. Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan secara rohani manusia dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang dianutnya. Kehidupan manusia sendiri sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan selaras dan seimbang. Selain itu manusia juga diciptakan dengan sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki. 
Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Quran surat Al-Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu dicipta Tuhan dari segumpal darah, QS.Al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah, QS. Al-Rahman ayat 13 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah yang menciptakan manusia. Masih banyak sekali ayat al-Quran yang menjelaskan bahwa yang menjadikan manusia adalah Tuhan. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah.

Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme (kepercayaan atas ke-Esaan Tuhan), yang mencari unsur pokok yang menentukan yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan spritualisme (keagamaan), atau dualism (konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi) yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling meniadakan yaitu unsure materi dan rohani, yakni pandangan pluralism (bermacam-macam paham) yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam makro kosmos (Hukum-hukum yang terlaksana di alam semesta) atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, atau mono pluralism yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya. Secara pribadi, manusia tidak pernah bisa menciptakan dirinya , akan tetapi bukan berarti bahwa ia tidak dapat menentukan jalan hidup setelah ia dilahirkan dan eksistensinya (menganggap kebenaaran itu bersifat relatif) dalam kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan memberikan peran serta atas jawaban mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam kehidupan yang ia hadapi. (Tafsir. 2010:24)

B.            Saran
Demikian yang dapat penulisi paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.





No comments:

Post a Comment