Monday, 15 December 2014

"BERCERMIN"
 
Tujuan penciptaan manusia pada hakikatnya ialah mencapai kesempurnaannya, dengan cara mengamalkan perbuatan-perbuatan baik terhadap Tuhan khususnya umumnya terhada semua mahkluk Tuhan secara sengaja (ikhtiari) demi mencapai puncak kesempurnaan (Insan Kamil) tersebut yang tidak mungkin dapat dicapai kecuali dengan usaha, kehendak, dan pilihannya. Akan tetapi, karena kesempurnaan ini tidak akan dapat dicapai kecuali dengan cara pengamalan dan ibadah yang sifatnya ikhtiari (disengaja dan disadari).
 
Kutipan dari Ibu Evi andriani “sholeh itu artinya bagus/baik. Tentu, sesuatu itu dikatakan 'baik/bagus' karena memenuhi kriteria tertentu. "Kedalaman dan pengamalan Ilmu" yang akan mengantarkan seseorang itu kepada predikat sholeh/h.” Tidak banyak orang yang mengerti tentang arti soleh/h ini, hanya saja sering orang mengatakan soleh itu adalah rajin beribadah, shalat, puasa dan ber-amal baik, namun penulis berpendapat bahwa soleh/h itu bukan terletak pada per-Ibadahan saja namun soleh/h ini lebih kepada pancaran seseorang dalam bentuk tingkah laku dan mengerti apa yang dia sedang lakukan khususnya kebaikan.
 
Soleh/h itu bukan pangkat tapi derajat seseorang dimata Tuhan, jadi untuk kata soleh/h ini tidak ada seorangpun yang tahu tentang derajatnya kecuali Tuhan itu sendiri, meskipun dalam sebuah hadist ada salah satu cirri soleh/h itu “Dari Abu Hurairah r.a. bahawa Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Apabila seorang anak Adam mati putuslah amalnya kecuali tiga perkara : sedekah jariah,atau ilmu yang memberi manfaat kepada orang lain atau anak yang soleh yang berdoa untuk orang tuanya." (Hadith Sahih - Riwayat Muslim dan lain-lainnya) 
 
Tak ada seorangpun manusia khususnya tidak ingin menjadi baik, namun proses pencapaian tersebut haruslah terus-menerus karena untuk mencapai baik itu (soleh/h) bukan hanya untuk dimata manusia, tetapi dihadapan Tuhan. Tidak ada motif lain dalam hal ini hanya untuk bertemu dengan Tuhan, tidak hanya diakhirat kelak tapi didunia pada saat ini. Pancaran kebaikan dalam diri seseorang adalah puncak dari citra Tuhan kepada diri manusia.
 
Tuhan berkata dalam Hadis Qudsi " Aku adalah perbendaharaan tersembunyi, maka kuciptakan makhluk karena Aku ingin dikenal " Hadis ini jangan dipahami bahwa Tuhan berhajat kepada makluqnya untuk dikenal. Hadis itu harus dipahami sebagai wujud Cinta-Nya  kepada Dzat-Nya sehingga Tuhan berkehendak "menunjukan" kepada Diri-Nya akan Ke-Maha Semprnaan, Ke-Maha Indahan dan Ke-Maha Kuasaan Diri-Nya dengan Diri-Nya pula yaitu dengan "menciptakan" Dari Nur Muhammad  tercipta alam semesta berserta isinya. Nur Muhammad memancar sempurna ke dalam diri Insan Kamil, puncaknya yaitu kepada Kanjeng Rosul Nabi Muhammad SAW. Maka dalam perjalanan manusia dimuka bumi ini tidak lain adalah perjalan menuju Tuhan. Tapi dalam proses perjalanan ini yang memang betul-betul diuji. Maka Citra Tuhan yang berada dalam diri manusialah yang akan mengantarkan dirinya terhadap Tuhannya kelak.
 
 

No comments:

Post a Comment